·Bagaimana mantera “Islam adalah agama damai” masih
mengontrol kebijakan Amerika?
·Presentasi Muslim mengenai Muhammad: Apakah mereka
membicarakan orang yang sama?
·Mengapa penting untuk mengetahui seperti apakah Muhammad
itu?
·Mengapa buku ini berbahaya?
Apakah Islam adalah sebuah agama damai?
Mengapa penting membahas topik ini?
Lima tahun masuk dalam perang melawan teror, masih merupakan hal yang lumrah mendengar pernyataan bahwa Islam adalah agama damai. Juga hal yang lumrah saat ini mendengar bagaimana terminologi itu dipakai sebagai ejekan atau bersifat ironis, dalam kaitan dengan terus terjadinya aksi-aksi kekerasan yang dilakukan dalam nama Islam. Sekelompok kecil para ekstrimis dianggap telah membajak agama ini, tetapi anehnya para jihadis Muslim telah memenangkan pemilihan umum di Palestina maupun di tempat-tempat lainnya. konstitusi baru Irak dan Afghanistan, yang didukung oleh Amerika, telah memberlakukan syariah (Hukum Islam), yang memberlakukan hukuman mati kepada orang-orang yang menjadi Kristen, sebagai hukum tertinggi di negeri itu. Dan mayoritas utama orang-orang Muslim yang cinta damai sama sekali tidak memperlihatkan penolakan atau kecaman terhadap jihad Islamik global yang dilakukan atas nama mereka.
Ada banyak sekali bukti bahwa kekerasan para jihadis yang sesungguhnya sangat populer diantara para Muslim di seluruh dunia, tidak membuat para pejabat Barat mempertimbangkan ulang pandangan mereka mengenai Islam. Pada 10 April 2006, Presiden George Bush coba menjawab pertanyaan dari para mahasiswa tingkat sarjana di Paul H. Nitze School of Advance International Studies di Universitas John Hopkins Washington D.C. Seorang mahasiswa mengajukan sebuah pertanyaan dengan sejumlah penegasan mengenai Muhammad, Sang Nabi Islam:
·Mengapa Qur’an tidak dapat dipahami secara terpisah dari Hadith
·Memisahkan fakta dari fiksi di dalam Hadith – dan mengapa ini sangat tidak mungkin dilakukan
·Sumber-sumber terbaik yang paling mula-mula mengenai detil kehidupan Muhammad
·Mengapa fakta historis dan kepercayaan orang Muslim mengenai Muhammad tidak sama
APA YANG BENAR-BENAR DAPAT KITA KETAHUIMENGENAI MUHAMMAD?
KEBANYAKAN ORANG BARAT YANG NON-MUSLIM SAMA SEKALI TIDAK TAHU TENTANG nabi umat Islam ini. Sementara dunia Barat setelah jaman Kristen masih sangat mengenal kisah Yesus Kristus, dan banyak orang dapat menceritakan kisah Buddha Gautama yang mendapatkan pencerahan ketika ia sedang duduk di bawah pohon Bodhi, figur Muhammad bagi kebanyakan orang non-Muslim tetap asing, jauh dan sama sekali tidak dikenal.
Orang Muslim akan berkata bahwa orang non-Muslim tidak peduli soal Muhammad karena mereka memilih untuk bersikap demikian, dan tidak ingin mengetahuinya. Para juru bicara Islam secara umum beranggapan bahwa kita dapat mengetahui banyak hal mengenai Muhammad. Muqtedar Khan dari Center for Sudy of Islam and Democracy mengemukakan sebuah asumsi umum ketika ia berkata: “Aspek yang luar biasa dari hidup Muhammad adalah bahwa ia hidup dalam kepenuhan terang sejarah. Ada catatan-catatan yang sangat mendetil mengenai kehidupannya yang dapat kita peroleh. Catatan-catatan mengenai kehidupan figur-figur penting dalam agama-agama lain tidak selengkap/sebaik catatan mengenai Muhammad”.(1)Ernest Renan, seorang sarjana Perancis, pada tahun 1851 adalah orang pertama yang menulis bahwa Muhammad hidup “dalam kepenuhan terang sejarah”.
QUR’AN
Qur’an memuat banyak detil mengenai insiden-insiden tertentu dalam hidup nabi, tetapi bukanlah sebuah narasi yang berkelanjutan – dan insiden-insiden itu tidak berhubungan dan seringkali diceritakan secara tidak langsung atau tidak lengkap, seakan-akan para pendengarnya telah mengetahui garis besar kisah itu. Allah, menurut pandangan tradisional Muslim, mendiktekan setiap kata dalam Qur’an kepada nabi Muhammad melalui malaikat Gabriel. Menurut tradisi Islam, Qur’an adalah salinan yang sempurna dari sebuah kitab yang abadi- yaitu umm al-kitab, atau Ibu dari Kitab – yang telah ada selamanya bersama Allah. Qur’an disampaikan melalui Gabriel kepada Muhammad sedikit demi sedikit selama 23 tahun karir kenabiannya.
·Tradisi-tradisi Muslim: Orang Yahudi dan Kristen menantikan seorang nabi.
·Penglihatan Muhammad yang pertama: malaikat– atau sesuatu yang lain?
·Ketakutan Muhammad dan keinginan untuk bunuh diri
·Bagaimana Muhammad menjadi yakin bahwa ia adalah seorang nabi
ARABIA SEBELUM MUHAMMAD
MUHAMMAD MEMPERKENALKAN ISLAM KE ARABIA YANG MEMILIKI BANYAK BUDAYA DAN AGAMA. Suku Muhammad sendiri, kaum Quraysh, adalah penyembah berhala. Orang Quraysh tinggal di kota Mekkah, yang merupakan pusat perdagangan dan ziarah: para pengelana dari daerah-daerah sekelilingnya melewati kota itu. Orang Quraysh mendapatkan banyak keuntungan melalui perdagangan dengan para peziarah yang pergi ke kuil lokal, yaitu Ka’bah, yang menjadi tempat kediaman banyak berhala – terutama patung dewa Hubal. Dewa-dewa lokal dari tiap suku ada di dalam kuil itu, bersama dengan berhala-berhala lainnya yang berupa pohon-pohon dan batu-batu dekat Ka’bah. Salah-satu dari dewa-dewa ini, yaitu “Allah”, belum dijadikan sesembahan Islam, dan merupakan dewa sesembahan orang Quraysh. Yang lainnya adalah tiga dewi yang dipuja banyak suku yaitu, al-Lat, al-‘Uzza, dan Manat, yang memainkan peranan penting dalam karir kenabian Muhammad.
Oleh karena peran sentral yang dimiliki Mekkah baik dalam bidang perdagangan dan agama dari daerah-daerah di sekelilingnya, orang Quraysh menggunakan pengaruh yang besar; sebagaimana yang akan kita lihat, penolakan orang Quraysh terhadap Muhammad memprovokasi suku-suku lain untuk juga menolak Muhammad, walaupun kemudian penerimaan kepadanya juga menimbulkan berpalingnya suku-suku lain kepada Islam.
· Islam meminjam dari Yudaisme, Kekristenan dan Zoroastrianisme · Tanggapan Muhammad yang penuh kemarahan atas tudingan bahwa ia meminjam materi · Hal-hal tambahan untuk kenabian: wahyu-wahyu yang menenteramkan · Efek negatif terhadap kaum wanita dan yang lainnya oleh karena wahyu-wahyu yang menenteramkan · Apologetika Islam berusaha untuk menjelaskan tulisan-tulisan yang menggusarkan dalam tradisi Islam.
MEMINJAM DARI YUDAISME Salah-satu tantangan yang terberat terhadap klaim Muhammad sebagai seorang nabi, baik selama 23 tahun karirnya dan di sepanjang sejarah Islam, adalah ketergantungannya yang sangat jelas terlihat pada Yahudi, Kristen dan sumber-sumber lainnya.
Banyak pengamat di sepanjang sejarah telah memperhatikan banyak kesamaan antara Islam dan Yudaisme, termasuk monoteisme “murni”, urutan nabi-nabi, proliferasi hukum, arah kiblat ke kota suci saat bersembahyang, dan banyak lagi. Tidak diragukan lagi Muhammad mempunyai kontak yang ekstensif sebagai seorang pedagang muda, demikian pula saat ia menjadi nabi, dengan suku-suku Yahudi yang kuat di dalam dan di sekitar kota Mekkah. Muhammad menghormati mereka dan berusaha mendapat restu mereka untuk misi profetisnya.
Pada kenyataannya, Muhammad menempatkan dirinya sendiri setara di dalam sejarah keselamatan orang Yahudi. Dalam rekaan Qur’an, Muham-mad adalah nabi yang terakhir dan terbesar di sepanjang jajaran para nabi yang juga terdapat dalam Alkitab dan yang lainnya. Setelah Setan menipu Adam dan Hawa sehingga berpaling dari kebenaran (sebuah kisah yang langsung dikutip dari Kitab Kejadian, dengan modifikasi-modifikasi dan penambahan-penambahan penting), Allah mengutus nabi-nabi-Nya untuk memanggil umat-Nya agar kembali kepada penyembahan yang benar. Beberapa bagian dalam Qur’an mendaftarkan figur para nabi, baik yang tercantum dalam kitab suci Yahudi maupun Kristen:...(Sura 6:84-86). Allah menambahkan Muhammad ke dalam bilangan ini:...(Sura 4:163).
Bersama dengan para nabi Alkitab, Qur’an penuh dengan kisah-kisah dari Alkitab. Sura ke-12 menceritakan kisah Yusuf dan saudara-saudaranya, walaupun ...signifikansi Israel sebagai sebuah bangsa.
Bahtera Nuh muncul dalam Sura 10; Yunus dan ikan pausnya dalam Sura 37. Figur Musa sangat mewarnai keseluruhan kitab – terutama dalam satu seri kisah alegoris dalam Sura 18. Kita dapat berharap, jika Muhammad sedang berusaha untuk mempresentasikan dirinya sebagai salah satu nabi dalam jajaran para nabi dalam Alkitab, maka ia akan mengulang sedikitnya beberapa materi Alkitab. Tetapi beberapa kisah dan detil dalam Qur’an mengenai karakter-karakter Alkitab sebenarnya berasal dari sumber-sumber di luar Alkitab itu sendiri – terutama, Talmud.
·Oposisi mula-mula terhadap Muhammad dari sukunya sendiri.
·Evolusi pengajaran Qur’an mengenai peperangan terhadap orang-orang yang tidak beriman
·Ayat-ayat setan: usaha Muhammad untuk menang atas lawan-lawannya.
·Bagaimana para apologis Islam berusahauntuk menjelaskan insiden ayat-ayat setan.
·Perjalanan malam Muhammad ke Yerusalem.
Masalah-Masalah Dengan Orang Quraysh
Setelah Muhammad yakin, dan dengan bantuan Khadija dan Waraqah bahwa ia adalah seorang nabi, ia mulai berbicara secara sembunyi-sembunyi pada orang-orang tentang sebuah agama yang baru. Pada awalnya, substansi pengajarannya hanyalah monotheisme sederhana: “Ini adalah agama Allah yang telah dipilih-Nya untuk diri-Nya sendiri dan Ia telah mengirimkan rasul-Nya. Aku memanggil kamu kepada Allah, Dia yang tidak dipersekutukan, untuk menyembah-Nya dan meninggalkan al-Lat dan al-‘Uzza”.(1)Istrinya Khadija menjadi orang Muslim yang pertama, diikuti oleh Ali bin Abu Talib, lalu seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, yang di kemudian hari menjadi tokoh yang ternama dalam perpecahan antara kelompok Sunni dan Syiah, dan beberapa orang lainnya. Tiga tahun setelah kunjungan mula-mula dari dia yang kemudian dipercayai sebagai Jibril, yaitu yang terjadi pada sekitar tahun 610 M, Allah memerintahkannya untuk “memproklamasi-kan apa yang telah diperintahkan kepadamu dan berpaling dari politeisme.”(2)
Muhammad mengumpulkan kaum kerabatnya, orang-orang Quraysh, mendaki sebuah gunung dan menyerukan nama-nama berbagai klan Quraysh. Ia bertanya pada mereka, “Jika aku mengatakan padamu bahwa ada pasukan (musuh) di lembah yang berniat untuk menyerang kalian, apakah kalian akan percaya padaku?”
Mereka menjawab, “Ya, karena kami tidak ada mendapati kamu berbicara hal yang lain selain dari kebenaran.”
Tanggapan Muhammad terhadap hal ini adalah: “Aku adalah seorang yang memberi peringatan kepada kamu di hadapan penghukuman yang mengerikan.” Dengan kata lain, penghukuman yang mengerikan dari Allah akan lebih dahsyat daripada pasukan musuh.
Peringatan ini mengusik paman Muhammad, Abu Lahab, yang tidak percaya pada klaim kenabian keponakannya itu. Ia menegur Muhammad, “Kiranya tanganmu menghancurkan semua hari ini. Untuk tujuan inikah kau mengumpulkan kami?”(3)Sambil berpaling kepada kumpulan orang Quraysh, Abu Lahab berkata: “Tuan rumahmu telah menyihir kamu.” (4)
Allah sendiri memberikan kepada Muhammad tanggapan-Nya tentang Abu Lahab dalam sebuah wahyu yang baru: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya Dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali sabut” (Sura 111:1-5). Sebuah Hadith menginformasikan pada kita bahwa Abu Lahab “benar-benar celaka”.(5)Hadith itu tidak mencatat cara kematiannya, tapi ada satu kemungkinan yaitu: pada titik ini orang-orang Muslim tidak bermaksud menyerang musuh-musuhnya dengan serangan yang kejam.
Yahiya Emerick memberikan kisah ini sudut pandang yang baru dalam biografi apologetikanya mengenai Muhammad. Setelah Muhammad menyampaikan pesannya, ia berkata: “Abu Lahab, yang berdiri di dekatnya, mengutuki Muhammad dengan amarah dan mengatakan padanya bahwa ia harus mati. Muhammad menahan lidahnya (untuk berbicara), karena aturan adat/kuno untuk menghormati orang yang lebih tua terpatri dalam dirinya. Tak lama kemudian, beberapa ayat diwahyukan kepadanya, dan ayat-ayat itu mengatakan bahwa Abu Lahab-lah yang akan binasa”.(6)
Muhammad terus berdakwah namun tidak banyak mendatangkan pengaruh. Orang-orang yang meremehkannya bertanya padanya mengapa ia tidak mengadakan mujizat, memintanya untuk mengubah gunung-gunung di sekitar Mekkah menjadi emas untuk mereka, atau memulangkan mereka semua sekaligus sehingga pertanian mereka tidak terbengkalai. Allah menjawab kepada Muhammad: “Jika kamu menginginkannya, Aku akan bersabar dan memberi mereka lebih banyak waktu, atau jika kamu menghendakinya, Aku akan melakukan apa yang mereka minta, tetapi jika kemudian mereka tidak percaya, mereka akan dihancurkan sama seperti bangsa-bangsa sebelum mereka.”(7) Muhammad meminta agar mereka diberi waktu lebih banyak, dan memberi jawaban kepada musuh-musuhnya bahwa mujizatnya adalah Qur’an.
·Permulaan Islam yang sesungguhnya: ketika Muhammad menjadi seorang pemimpin militer
·Perjanjian antara orang Muslim dan Yahudi, dan bagaimana hubungan mereka menjadi rusak
·Penyerangan Nakhla dan permulaan kekerasan Islam
·Putusnya hubungan dengan orang Yahudi
·Muhammad memerintahkan agar perzinahan dihukum dengan dilempari batu
Hijrah
Pada tahun 622 M, bertahun-tahun setelah meningkatnya ketegangan dengan kaum Quraysh, Muhammad dan para pengikutnya akhirnya meninggalkan Mekkah menuju kota terdekat, yaitu Yathrib (sekarang dikenal sebagai Medina, yang merupakan kependekan dari Medina al-Nabi, atau Kota Nabi), atas undangan beberapa petobat Muslim di kota itu. Ini terjadi 13 tahun setelah dimulainya karir kenabiannya.(1)Perpindahan (Hijrah, atau seringkali dalam bahasa Inggris juga disebut Hegira) Muhammad dan orang-orang Muslim dari Mekkah ke Medina adalah sebuah titik balik yang besar bagi komunitas itu. Mereka tidak lagi menjadi sekelompok kecil orang yang teraniaya. Muhammad kini menjadi lebih dari sekedar pengkhotbah apokaliptis: ia adalah seorang pemimpin politik dan militer. Penting diperhatikan bahwa pada tahun terjadinya Hijrah inilah, dan bukannya tahun kelahiran Muhammad atau saat ia menerima wahyu untuk pertama kalinya - ..., yang menjadi tahun pertama dalam kalender Muslim. Awal mulanya Islam menjadi entitas sosial dan politik adalah permulaan kalender – bagi orang Muslim ini adalah sebuah peristiwa yang hampir sama pentingnya dengan keluarnya orang Israel dari tanah Mesir.
Setelah berdiam di Medina, karakter wahyu-wahyu Muhammad mulai berubah. Puisi-puisi apokaliptik yang singkat dan menawan yang mewarnai sura-sura awal Mekkah dalam Qur’an (yang kini banyak ditemukan di bagian belakan kitab tersebut, oleh karena Qur’an tidak disusun secara kronologis) mulai menjadi bahan-bahan yang bersifat prosaik yang panjang dan tidak saling berhubungan, yang umumnya merupakan hukum-hukum bagi komunitas yang baru ini.
·Perang Badr: kemenangan terbesar jihad Islam yang pertama
·Penjelasan teologis mengenai perang Badr
·Kontroversi di seputar rampasan perang
·Peperangan Muhammad melawan suku-suku Yahudi
·Muhammad memerintahkan pambantaian atas musuh-musuhnya
·Orang Quraysh menyerang balik: Perang Uhud
Perang Badr
Dengan semakin memburuknya hubungan Muslim dengan orang Yahudi, mereka kemudian mencapai titik akhir perpisahan mereka dengan orang Quraysh. Penyerangan-penyerangan yang dilakukan orang Muslim terhadap karavan-karavan Quraysh menimbulkan perang besar Muslim yang pertama. Muhammad mendengar bahwa sejumlah besar karavan Quraysh yang memuat uang dan barang sedang dalam perjalanan dari Syria. “Ini adalah karavan orang Quraysh yang membawa harta”, katanya pada para pengikutnya. “Nampaknya Allah akan memberikannya padamu sebagai jarahan”.(1)Ibn Ishaq melaporkan bahwa “orang-orang itu menanggapi perintahnya, ada yang penuh semangat, sedang yang lainnya agak enggan karena mereka tidak berpikir bahwa rasul akan pergi berperang”. Muhammad menerima sebuah wahyu dari Allah yang mencaci-maki orang Muslim yang tidak mau berperang bagi sang nabi Islam: “Dan orang-orang yang beriman berkata: ‘Mengapa tiada diturunkan suatu surat? Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” (Sura 47:20).
Allah memerintahkan para pengikut Muhammad untuk berperang dengan kejam dan memenggal kepala musuh-musuh mereka: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka; sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti” (Sura 47:4a). Ia mengingatkan mereka bahwa ini adalah kehendak-Nya, dan sebuah ujian yang diberikan-Nya kepada mereka: “Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka” (Sura 47:4b).