Tuesday, February 23, 2010

Bab 3 - MUHAMMAD MENJADI NABI

· Agama-agama dan dewa-dewa Arab sebelum Islam

· Tradisi-tradisi Muslim: Orang Yahudi dan Kristen menantikan seorang nabi.

· Penglihatan Muhammad yang pertama: malaikat– atau sesuatu yang lain?

· Ketakutan Muhammad dan keinginan untuk bunuh diri

· Bagaimana Muhammad menjadi yakin bahwa ia adalah seorang nabi

ARABIA SEBELUM MUHAMMAD

MUHAMMAD MEMPERKENALKAN ISLAM KE ARABIA YANG MEMILIKI BANYAK BUDAYA DAN AGAMA. Suku Muhammad sendiri, kaum Quraysh, adalah penyembah berhala. Orang Quraysh tinggal di kota Mekkah, yang merupakan pusat perdagangan dan ziarah: para pengelana dari daerah-daerah sekelilingnya melewati kota itu. Orang Quraysh mendapatkan banyak keuntungan melalui perdagangan dengan para peziarah yang pergi ke kuil lokal, yaitu Ka’bah, yang menjadi tempat kediaman banyak berhala – terutama patung dewa Hubal. Dewa-dewa lokal dari tiap suku ada di dalam kuil itu, bersama dengan berhala-berhala lainnya yang berupa pohon-pohon dan batu-batu dekat Ka’bah. Salah-satu dari dewa-dewa ini, yaitu “Allah”, belum dijadikan sesembahan Islam, dan merupakan dewa sesembahan orang Quraysh. Yang lainnya adalah tiga dewi yang dipuja banyak suku yaitu, al-Lat, al-‘Uzza, dan Manat, yang memainkan peranan penting dalam karir kenabian Muhammad.

Oleh karena peran sentral yang dimiliki Mekkah baik dalam bidang perdagangan dan agama dari daerah-daerah di sekelilingnya, orang Quraysh menggunakan pengaruh yang besar; sebagaimana yang akan kita lihat, penolakan orang Quraysh terhadap Muhammad memprovokasi suku-suku lain untuk juga menolak Muhammad, walaupun kemudian penerimaan kepadanya juga menimbulkan berpalingnya suku-suku lain kepada Islam.



Arabia yang paganis adalah dataran yang keras. Pertumpahan darah sering terjadi, dan orang bertumbuh menjadi kasar dan keras sama seperti tanah gurun mereka. Kaum wanita diperlakukan seperti barang milik; pernikahan anak-anak (anak-anak perempuan berusia 7 atau 8 tahun sudah dinikahkan), dan pembunuhan terhadap kaum wanita biasa dilakukan, oleh karena wanita dianggap dapat mendatangkan masalah keuangan. Di kemudian hari, Qur’an mengkritik dengan keras pembunuhan terhadap wanita sebagai hal yang membawa retribusi pada Hari Penghakiman yang mengerikan:

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan; dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan apabila neraka Jahim dinyalakan, dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya” (Sura 81:1-14).

Namun demikian, mengenai pernikahan anak-anak, Qur’an mempunyai pesan yang sama sekali berbeda.

Orang Yahudi dan orang Kristen juga mendiami daerah itu. Orang-orang Kristen terpusat di sekitar Najran di Selatan Arabia, dekat Yaman – disitu pernah ada sebuah kerajaan Yahudi pada abad ke-6, di bawah pemerintahan Masruq Dhu Nawas. Ada pula kantung-kantung Kristen di daerah-daerah lain di Arabia – kebanyakan dari kelompok-kelompok bidat yang telah meninggalkan Kekaisaran Byzantium untuk menghindari penganiayaan dan pelecehan. Di dalamnya termasuk kelompok Gnostik, yang berpandangan bahwa hal-hal fisik adalah jahat dan mempunyai spekulasi-spekulasi kosmis. Kelompok Kristen lainnya adalah kelompok Nestorian, yang ditentang keras pada Konsili Eukumenis yang ketiga (yang diadakan di Efesus pada tahun 431 M), karena menolak untuk mengakui kesatuan pribadi ilahi Yesus atau Maria sebagai Bunda Tuhan. Kaum Nestorian keluar dari kekaisaran Byzantium menuju Persia, dan mereka disambut disana dan memulai satu seri upaya penginjilan yang serius di sekeliling daerah Efrat pada abad ke-6, dan mendapatkan banyak petobat di Arabia.

Kemudian pada abad ke-6, Numan III, penguasa kerajaan Lakhmid di Timur Laut Arabia, memeluk agama Kristen. Di Barat Laut Arabia, kerajaan Ghassanid juga beragama Kristen, dengan pengaruh yang kuat dari kelompok bidat yang lain lagi, yaitu kelompok Monofisit, yang berpandangan bahwa natur manusiawi Yesus telah diserap ke dalam natur ilahi-Nya, dan yang adalah musuh bebuyutan kelompok Nestorian. Orang Ghassanid dilindungi oleh Byzantium dan juga orang Lakhmid dari Persia – dan kedua kekuatan ini menggunakan negara-negara Arab ini untuk melindungi diri dari perampok-perampok Bedouin dari daerah Selatan Arabia.

Bahkan ada sejumlah besar orang Yahudi di Arab. Suku-suku Yahudi yang ternama berpusat di Yaman dan di oasis Khaybar, sekitar 100 mil di utara Medina. Di Medina sendiri ada 3 suku Yahudi yang kuat: Bani Qaynuqa, Bani Nadir, dan Banu Qurayzah. Ada juga 3 klan Yahudi di Mekkah. Suku-suku Yahudi ini banyak diceritakan dalam kisah mengenai Muhammad, yang nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Abdallah ibn Abd al-Muttalib.

KEHIDUPAN AWAL MUHAMMAD

Berdasarkan tradisi, Muhammad dilahirkan di Mekkah pada 20 April 570 M (atau 26 April, menurut kaum Syiah). ‘Menurut tradisi, ayahnya meninggal tidak lama setelah ia dilahirkan dan ibunya meninggal ketika ia masih berusia 6 tahun. Sebelumnya ia pernah diserahkan kepada seorang ibu asuh dan pengasuh anak; sesuatu yang biasa dilakukan pada waktu itu. Tradisi Islam kemudian menyebutkan sejumlah kisah suci berkenaan dengan status kenabiannya. Salah-satu tradisi menyebutkan bahwa Aminah, ibunya, berkata: “Ketika aku menyerahkannya, ada seberkas cahaya dari rahimku yang menyinari istana-istana Siria”.(1)

Orang Muslim percaya bahwa seorang nabi tengah dinantikan di Arabia saat Muhammad dilahirkan, dan bahwa kitab-kitab orang Yahudi dan orang Kristen telah menubuatkan kedatangannya. Catatan ibn Ishaq menceritakan bahwa hal-hal aneh terjadi pada ibu asuh Muhammad ketika ia mengembalikan Muhammad kepada ibunya:”Sejumlah orang Kristen Abissinia melihatnya (Muhammad) dengannya ketika ia membawanya (Muhammad) kembali setelah ia (Muhammad) disapih. Mereka menatapnya, bertanya tentang dia, dan memperhatikannya secara seksama, kemudian mereka berkata padanya (ibu asuh), ‘Biarlah kami mengambil anak laki-laki ini, dan membawanya kepada raja kami dan negara kami, karena ia akan mempunyai masa depan yang hebat. Kami tahu segalanya tentang dia.’ Orang yang menceritakan hal ini pada saya mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan memisahkannya dari mereka”.(2)

Demikian pula beberapa tahun kemudian, paman Muhammad yang bernama Abu Talib, yang pada waktu itu adalah walinya, membawanya serta dalam sebuah perjalanan yang panjang, ke kota Busra di Siria untuk mengunjungi rahib Kristen Bahira. Walaupun Muhammad waktu itu masih kanak-kanak, “ketika Bahira melihatnya, ia menatapnya lekat-lekat, melihat tubuhnya dan menemukan tanda-tanda gambaran dirinya (dalam kitab-kitab orang Kristen)”.(3)

Kisah-kisah mengenai pengharapan Kristen akan kedatangan Muhammad sesuai dengan penjelasan Qur’an bahwa Yesus sendiri menubuatkan kedatangan Muhammad: “...Hai Bani Israel sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya (seorang) Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” (Sura 61:6). “Ahmad” adalah varian dari Muhammad; orang Muslim kini mengidentifikasi Roh Kudus yang telah dijanjikan Yesus (Yoh.14:16) sebagai Nabi Islam. Muhammad juga meneguhkan gagasan ini selama karir kenabiannya, dan berkata: “Saya (sebagai tanggapan terhadap) doa leluhur saya Ibrahim (Abraham), dan ‘Isa Ibn Maryam (Yesus anak Maria) memberikan kabar baik mengenai saya”.(4)

Muhammad muda mendemonstrasikan ikatan spesialnya dengan Allah dalam sebuah percakapan dengan rahib Bahira, yang memuji dewi-dewi pagan al-Lat dan al-‘Uzza. Pria muda yang kemudian hari akan menjadi nabi Islam ini tidak menyetujuinya: “Jangan berbicara padaku demi al-Lat dan al-‘Uzza, karena bagi Allah tidak ada yang lebih kubenci daripada keduanya””. Bahira kemudian terus bertanya padanya, dan Muhammad menjawabnya sesuai dengan apa yang diharapkan dari seorang nabi yang yang akan datang. Bahira “melihat ke punggungnya dan mendapati tanda kenabian diantara kedua bahunya persis di tempat yang diceritakan dalam kitabnya.” Bahira kemudian berkata kepada Abu Talib: “Bawalah keponakanmu kembali ke negerinya dan jagalah ia baik-baik terhadap orang Yahudi, demi Allah! Jika mereka melihatnya dan mengetahui tentang dia seperti yang kuketahui, mereka akan berbuat jahat kepadanya; masa depan yang gemilang ada di hadapan keponakanmu ini, jadi bawalah ia pulang secepatnya”.(5) Ia menambahkan: “Sesungguhnya orang Yahudi adalah musuh-musuhnya, dan ia adalah nabi bagi orang-orang ini; ia adalah seorang Arab dan orang-orang Yahudi iri padanya dan berharap semestinya ia adalah seorang Israel. Jadi, jagalah anak saudaramu ini”.(6)

Ini sejalan dengan kisah Islam lainnya mengenai kelahiran Muhammad: seorang Yahudi, ketika mendengar bahwa ia telah dilahirkan, memohon untuk dapat melihat anak itu. Ketika ia melihatnya, menurut Ibn Sa’d, dan “memperhatikan tanda lahir di punggungnya”- yang dianggap sebagai tanda dari nabi yang akan datang – ia “sangat terharu”. Ketika ia datang, ia menjelaskan: “kenabian telah hilang dari orang Israel dan kitab suci telah pergi dari tangan mereka. Ada tertulis bahwa ia akan memerangi mereka dan membunuh para sarjana mereka”- ini dapat dipandang sebagai sebuah pandangan Muslim yang dini mengenai misi Muhammad.(7)

Di sini ada dua tema dalam pemikiran Islam: proposisi bahwa orang Kristen (dan Yahudi) mengetahui bahwa Muhammad sedang datang tetapi menolaknya oleh karena ketidaktaatan terhadap perintah Allah – dan bahwa orang Yahudi adalah pembohong dan musuh bebuyutan orang muslim. Qur’an secara eksplisit menolak orang Yahudi dengan mengklaim: “...Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Sura 5:64). Orang Yahudi juga dibandingkan secara negatif dengan orang Kristen: “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri” (Sura 5:82). Walaupun di tempat-tempat lain Qur’an sangat keras terhadap orang Kristen (mereka yang menganggap Yesus sebagai Putra Tuhan berada di bawah “kutuk Allah” dalam Sura 9:30), karakter Bahira kemungkinan diciptakan berdasarkan gambaran tentang orang Kristen yang ramah.

Harus diperhatikan, dari sisi sejarah tidak ada catatan mengenai orang Kristen menantikan seorang nabi di Arabia 540 tahun setelah kematian Yesus; juga tidak ada catatan mengenai kitab orang Kristen dengan tanda adanya seorang nabi Arab (kecuali bahwa Rasul Paulus pernah pergi ke Arab setelah pertobatannya dan kembali ke Damaskus); juga tidak ada catatan mengenai bidat Kristen yang mempunyai keyakinan seperti itu; dan menempatkan Muhammad ke dalam konteks sejarah Kristen selama transisi dari abad ke-6 ke abad ke-7, gereja waktu itu dipimpin oleh Paus St. Gregorius Agung; singkatnya kekristenan telah berdiri dengan baik dan tidak mencari nabi yang baru maupun bidat yang baru.

KHADIJA

Masa kecil Muhammad relatif tidak ditandai dengan peristiwa yang berarti, tapi sebagai seorang pria muda, menurut beberapa tradisi Islam, ia mempunyai keyakinan yang kuat akan takdir besar yang sedang menantinya; ia nampaknya tidak senang karena ia harus berkebun, dan ia berkata “Saya telah dibesarkan untuk jihad dan saya tidak dibesarkan untuk berladang”.(8) Rangkaian peristiwa yang akan menjadikannya seorang pemimpin dan inspirasi semua jihad telah diatur ketika ia bertemu dengan seorang sepupu jauh, Khadija bint Khuwaylid, yang disebut Ibn Ishaq “seorang wanita pedagang yang berwibawa dan kaya raya”.(9) Tanpa Khadija, Muhammad tidak akan pernah menjadi seorang nabi sama sekali. Khadija yang berusia 15 tahun lebih tua dari Muhammad adalah seorang wanita yang telah menggapai sukses ketika mereka bertemu. Khadija mempekerjakannya sebagai pedagang keliling untuk pergi ke Syiria untuk menjual dagangannya. Ia mengutusnya dengan seorang budak laki-laki bernama Maysara. Dalam perjalanan pulang mereka ke Mekkah, di tengah panas terik, Maysara melihat 2 malaikat menaungi Muhammad. Di Mekkah, Maysara menceritakan pada Khadija apa yang telah dilihatnya. Khadija juga terkesan pada Muhammad yang telah menggandakan hartanya pada perjalanannya itu. Khadija melamarnya, walaupun ia telah berumur 40 tahun dan Muhammad baru berusia 25 tahun.

Jejak karir Muhammad sebagai seorang pedagang muncul dalam Qur’an, dalam bentuk nasehat kepada orang beriman dalam bahasa yang biasa dipakai dalam dunia perdagangan: “Dan mereka berkata: ‘Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami’. Dan apakah Kami tidak meneguhkan keadaan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (Sura 28:57). Sudah tentu orang-orang beriman seperti itu “mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapatkan petunjuk” (Sura 2:16).

Khadija mempunyai seorang sepupu, Waraqa bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul-‘Uzza bin Qusai, yang bertobat kepada Kristen dari Yudaisme, seorang imam yang “telah mempelajari kitab suci yang mengatakan bahwa seorang nabi akan muncul dari antara umatnya”.(10) Khadija menceritakan padanya mengenai penglihatan Maysara dan Waraqa sangat tersentuh: “Jika ini benar, Khadija”, kata Waraqa, “sesungguhnya Muhammad adalah Nabi bagi bangsa ini. Saya tahu bahwa seorang nabi dari bangsa ini sedang dinantikan. Waktunya telah tiba”.(11)

Waraqa kemudian memainkan peranan yang penting dalam awal karir kenabian Muhammad, namun hanya setelah 15 tahun kemudian, setelah menurut tradisi Islam, banyak peramal pagan, rabi-rabi Yahudi, dan rahib-rahib Kristen menerima status kenabian Muhammad. Menurut seorang Muslim mula-mula, Asim bin Umar bin Qatada, pada tahun-tahun sebelum permulaan pelayanan Muhammad, orang Yahudi di wilayah itu biasa berkata demikian kepada orang Arab: “sudah tiba saatnya muncul seorang nabi yang akan diutus. Kami akan membunuh kalian dengan pertolongannya”. Tetapi ketika Muhammad benar-benar mulai berkhotbah, Asim melanjutkan, “Kami percaya kepadanya tetapi mereka menyangkalnya.”(12) Qur’an meratapi kesesatan mereka: “dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu” (Sura 2:89).

Akibat dari penolakan ini berdampak besar hingga masa kini.

KUNJUNGAN PERTAMA

Sebagai seorang dewasa, menurut Ali pengikutnya yang mula-mula, Muhammad “tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek. Tingginya sedang-sedang saja dibandingkan sahabat-sahabatnya. Rambutnya tidak keriting dan juga tidak berombak. Kira-kira diantara keduanya...wajahnya tidak bengkak atau tembem. Bentuknya bulat bagus. Mulutnya putih. Matanya hitam dan besar dengan bulu mata yang panjang. Persendian (lengannya) dan bahunya besar... Ketika berjalan, ia mengangkat kakinya tinggi-tinggi seakan-akan ia berjalan di jalan yang becek dan berlumpur.” (13) Yang lainnya berkata: “Ketika ia berjalan, ia membungkuk seakan ia sedang mendaki.”(14) Menurut seorang Muslim mula-mula lainnya,“ia mempunyai wajah yang lebar dan mata lebar (yang kemerah-merahan), dan tumit yang bengkok.”(15) Yang lainnya juga melaporkan bahwa ia mempunyai “telapak tangan dan telapak kaki yang gempal” dan “berwajah tampan. Saya tidak pernah melihat orang setampan itu selain dia.”(16) Diantara kedua bahunya ada tanda lahir yang sangat mengesankan Bahira sang rahib: seorang Muslim menggambarkan ini sebagai “tanda kenabian” sebagai “tanda sebuah kepalan...dan disekelilingnya ada beberapa tanda lahir seperti kutil.”(17) Di kemudian hari, ketika rambut dan janggutnya memutih, ia mulai mengecatnya dengan henna, dan berkata kepada para pengikutnya: “Sesungguhnya yang terbaik yang dapat kamu lakukan ketika kamu mengubah warna rambutmu adalah dengan menggunakan al-henna dan indigo...Warnailah ubanmu tapi jangan sama dengan orang Yahudi dan orang Kristen”, yang menggunakan warna hitam.(18) Dewasa ini bukan hal yang aneh bagi para Mujahiddin untuk mewarnai janggut mereka dengan henna seperti Nabi.

Muhammad mengumumkan dirinya sendiri sebagai seorang nabi Allah – satu-satunya Tuhan yang benar – ketika ia berusia sekitar 40 tahun. Namun demikian, pada mulanya, ia merasa tidak terlalu jelas akan apa yang sedang terjadi padanya.

Menurut kisah Aisha, wanita yang menjadi istri kesayangan Muhammad, Muhammad dipilih sebagai nabi setelah mengabdikan diri untuk waktu yang lama dalam doa. Suatu malam dalam bulan Ramadan ia sedang khusyuk berdoa ketika ia mendapatkan sebuah penglihatan:

“Penyataan wahyu (ilahi) kepada Utusan Allah adalah dalam bentuk mimpi-mimpi yang benar yang menjadi nyata seperti terang siang hari. (dan kemudian kegemaran untuk mengasingkan diri/bertapa dicurahkan kepadanya). Ia biasa menyendiri (di gua) Hira dimana ia biasa menyembah (Allah sendiri) terus-menerus (siang dan malam)...hingga tiba-tiba Kebenaran diturunkan padanya ketika ia berada di dalam gua Hira”.(19)

Pada awalnya Muhammad tidak dapat mengidentifikasi sumber dari mimpi-mimpi itu atau “Kebenaran” yang diturunkan padanya. Hingga beberapa waktu kemudian ia menjadi percaya bahwa ia telah dikunjungi oleh malaikat Gabriel, yang diutus oleh Allah. Ibn Sa’d mencatat sebuah tradisi Muslim yang mengatakan bahwa sesosok malaikat bernama Seraphel adalah yang mulanya mengunjungi Muhammad, namun kemudian digantikan oleh Gabriel setelah 3 tahun. Ia juga mencatat kenyataan bahwa “ayat-ayat dalam literatur Sirah yang telah dipelajari” berkontradiksi dengan tradisi ini, dan tetap berpandangan bahwa hanya Gabriel saja yang telah menampakkan diri pada Muhammad.(20) Namun demikian, sulit untuk melihat bagaimana ada orang yang berpikiran bahwa ada malaikat lain terlibat dengan Muhammad jika ia benar-benar yakin sejak permulaan bahwa itu adalah Gabriel.

Bagaimanapun, malaikat itu datang pada Muhammad dan memerintahkannya untuk membaca dan mengulangi apa yang dibacanya. Muhammad menjawab, ‘Saya tidak dapat membaca’. Namun makhluk spiritual itu tidak menerima penolakan. Ia menekankan kehendaknya pada Muhammad dengan cara yang menakutkan:

“(Nabi menambahkan), ‘Malaikat itu menangkap aku (dengan keras) dan menekan aku dengan kuat sehingga aku tidak tahan lagi. Kemudian ia melepaskan aku dan menyuruh aku lagi untuk membaca, dan aku menjawab, ‘Aku tidak dapat membaca’. Maka ia menangkap aku lagi dan menekan aku kedua kalinya sehingga aku tidak kuat lagi menahannya. Kemudian ia melepaskan aku dan menyuruh aku lagi untuk membaca, tetapi sekali lagi aku menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca (atau, apakah yang harus kubaca?)’. Maka ia menangkap aku untuk ketiga kalinya dan menekan aku dan melepaskan aku dan berkata, ‘Bacalah! Demi nama Tuhanmu, Yang telah menciptakan (semua yang ada). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah....Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Lih. Sura 96:5).(21)

Ini adalah pewahyuan Qur’an yang pertama yang terkenal, dan terdapat dalam Sura 96:1-5. Dimulai dengan apa yang dikemukakan Muhammad sebagai satu seri pesan dari Allah; yang akan berkelanjutan, datang dan pergi selama 23 tahun berikutnya selama masa hidup Muhammad. Para pengikutnya mengingat dan mencatat wahyu-wahyu itu pada apa saja yang ada; setelah kematiannya wahyu-wahyu itu dikumpulkan menjadi Qur’an.

Pada mulanya Muhammad menilai perjumpaan spiritualnya sebagai sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Ia “menderita banyak kesakitan dan wajahnya berubah warna seperti warna debu”.(22) Ia bertanya-tanya apakah ia telah dirasuk setan, bahkan memikirkan untuk bunuh diri:

“Aku akan pergi ke puncak gunung dan menjatuhkan diriku ke bawah sehingga aku dapat membunuh diriku dan beristirahat. Maka aku pergi untuk melakukannya dan ketika aku ada di tengah jalan menuju ke gunung, aku mendengar sebuah suara dari surga yang berkata: ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Tuhan dan aku adalah Gabriel’. Aku mengangkat kepalaku ke langit untuk melihat (siapa yang sedang berbicara) dan lihatlah, Gabriel dalam bentuk seorang manusia dengan kakinya di horizon, berkata, ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Tuhan dan aku adalah Gabriel”.23

Muhammad kembali kepada Khadija dengan sangat tertekan. Menurut Aisha: “Kemudian Utusan Allah kembali dengan (wahyu itu), dan jantungnya berdetak dengan sangat keras; (dan) otot diantara bahu dan lehernya bergetar sampai ia mendapati Khadija (istrinya) dan berkata, ‘Selimuti aku!’ Mereka menyelimutinya, hingga ketakutannya berlalu, dan setelah itu ia berkata: ‘Wahai Khadija! Apa yang terjadi padaku? Aku takut sesuatu yang buruk akan menimpaku’. Kemudian ia (Muhammad) menceritakan padanya semua yang telah terjadi”.(24) Dan ia (Muhammad) menceritakan padanya apa yang ditakutkannya: “Celakalah aku, seorang penyair atau kerasukan setan”.(25) Yang ia maksudkan dengan “penyair” adalah seorang yang telah menerima penglihatan-penglihatan yang bersifat ekstatis, dan kemungkinan besar juga demonis.

Khadija nampaknya lebih mempunyai keyakinan daripada Muhammad sendiri.(26) Kemudian Khadija menemui Waraqa dan mengatakan padanya apa yang telah Muhammad ceritakan padanya, yaitu tentang pangalamannya di gua Hira. Waraqa menjawab: “Suci! Suci! Sesungguhnya oleh Dia yang di tangan-Nya ada nyawa Waraqa, jika engkau telah mengatakan kebenaran padaku, Wahai Khadija, telah datang kepadanya Namus (yaitu Gabriel) yang teragung yang telah datang kepada Musa sebelumnya, dan lihatlah, dialah Nabi atas bangsa ini. Syukurilah dia dengan hati gembira”.(27)

Khadija mengatakan pada Muhammad apa yang telah dikatakan Waraqa untuk mengurangi kecemasan Muhammad. Menurut sebuah catatan lainnya, ia pergi mengunjungi Waraqa bersama dengan Muhammad:

“...yang, selama Masa Jahiliyah (periode pra Islam) menjadi Kristen dan biasa menulis surat-surat dengan menggunakan huruf Ibrani. Ia menulis dari Injil dalam bahasa Ibrani seturut kehendak Tuhan. Ia sudah lanjut usia dan telah kehilangan penglihatannya. Khadija berkata kepada Waraqa,”Dengarkanlah kisah keponakanmu, wahai sepupuku!” Waraqa bertanya, “Wahai keponakanku! Apa yang telah kau lihat?” Rasul Allah menceritakan apa yang telah dilihatnya. Waraqa berkata, “Ini adalah orang yang sama yang menjaga rahasia-rahasia (malaikat Gabriel) yang Allah utus kepada Musa”.(28)

Kemudian Waraqa memberikan peringatan kepada nabi yang baru ini:

Seandainya saja aku masih muda dan dapat hidup sampai waktu ketika umatmu mengusirmu”. Utusan Allah bertanya, “Akankah mereka mengusirku?” Waraqa menegaskannya dan berkata, “Orang yang muncul dengan sesuatu yang mirip dengan apa yang kau bawa telah diperlakukan dengan kekerasan; dan jika engkau masih hidup hingga hari dimana engkau akan diusir maka aku akan sangat mendukungmu”.(29)

Kemudian Waraqa mencium dahi nabi yang baru ini dan mengucapkan salam perpisahan.(30)

Sebagai ujian terakhir atas kenabiannya, Khadija bertanya pada Muhammad, “Wahai anak dari pamanku, dapatkah kau menceritakan padaku siapa yang mengunjungimu, ketika ia datang kepadamu?” Ketika Muhammad mengatakan pada Khadija bahwa ia dapat, Khadija merancangkan sebuah cara untuk mengetahui apakah roh itu baik atau jahat:

“Maka ketika Gabriel datang padanya, seperti yang dikehendakinya, Rasul berkata kepada Khadija, ‘Inilah Gabriel yang telah datang padaku’. ‘Bangunlah wahai anak dari pamanku’, katanya, ‘dan duduklah di paha kiriku’. Rasul kemudian berbuat demikian, dan ia berkata, ‘Dapatkah engkau melihatnya?’ ‘Ya’, jawabnya. Ia berkata, ‘’Maka berbaliklah dan duduklah di paha kananku’. Ia melakukan-nya, dan Khadija berkata, ‘Dapatkah kamu melihatnya?’Ketika ia berkata bahwa ia dapat melihatnya, Khadija memintanya untuk pindah dan duduk di pangkuannya. Ketika ia kembali melakukannya Khadija bertanya lagi apakah ia dapat melihatnya, dan ketika diiyakannya, Khadija membuka pakaiannya dan menyingkirkan kerudungnya sementara Rasul sedang duduk di pangkuannya. Kemudian Khadija berkata, ‘Dapatkah engkau melihanya?’ Dan ia menjawab, ‘Tidak’. Khadija berkata, ‘wahai anak dari pamanku, bersukacitalah dan bergembiralah, demi Tuhan ia adalah malaikat dan bukanlah setan”.(31)

Ketika ia “menyingkapkan pakaiannya” malaikat itu pergi.

Kalangan Muslim garis keras hingga hari ini menegaskan agar wanita berkerudung karena, diantara hal-hal lainnya, hal ini ada asumsinya, yaitu: wanita yang terlihat tidak berkerudung sangat memusingkan, sangat berdosa, dan itu menyebabkan malaikat pun kabur.

KEMBALINYA KEINGINAN UNTUK BUNUH DIRI

Tanpa adanya perhatian dari Khadija (yang menjadi satu-satunya istri Muhammad hingga ia wafat) dan penegasan Waraqa, dunia mungkin tidak akan pernah mengenal Islam. Tidak lama setelah Waraqa mengindentifikasi makhluk yang telah menampakkan diri kepada Muhammad, orang tua itu wafat. Nabi yang telah diurapinya sekali lagi merasa putus asa yang sangat dalam sehingga ia mulai memikirkan untuk bunuh diri:

“Tetapi beberapa hari setelah kematian Waraqa dan turunnya wahyu ilahi juga sejenak terhenti dan Nabi menjadi sangat sedih, dan sebagaimana yang kami dengar ia berniat beberapa kali untuk menjatuhkan dirinya dari puncak gunung tinggi, dan setiap kali ia pergi ke puncak gunung untuk menjatuhkan dirinya, Gabriel (Jibril) akan muncul di hadapannya dan berkata, ‘Wahai Muhammad! Engkau sungguh-sungguh adalah Utusan Allah dalam kebenaran’, sehingga hatinya menjadi tenang dan ia menjadi lega dan kembali ke rumah”.

Skenario ini nampaknya dimainkan lagi apabila Muhammad telah menunggu kemunculan kembali Gabriel terlalu lama: “Dan ketika waktu turunnya wahyu menjadi terlalu lama, ia akan berbuat seperti sebelumnya, tetapi ketika ia akan mencapai puncak gunung, Gabriel akan muncul di hadapannya dan berkata kepadanya apa yang telah dikatakannya sebelumnya”.(32)

Dalam kisah lainnya, Muhammad bereaksi terhadap turunnya wahyu berikutnya dengan cara yang sama seperti yang pertama. Ia menjelaskan:

“Inspirasi ilahi tertunda untuk sejangka waktu yang singkat tetapi tiba-tiba, ketika saya sedang berjalan, saya mendengar sebuah suara di langit, dan ketika saya melihat ke langit, saya terkejut, saya melihat malaikat yang telah datang pada saya di gua Hira, dan ia duduk di kursi di antara langit dan bumi. Saya sangat ketakutan melihatnya sehingga saya jatuh ke tanah dan menemui keluarga saya dan berkata (kepada mereka), ‘Selimuti aku! Selimuti aku!”(33)

Utusan spiritual itu memberikannya sebuah pesan:

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” (Sura 74:1-7).

Muhammad tidak ragu lagi bahwa yang mengunjunginya adalah Gabriel – namun tidak demikian dengan orang-orang lain. Salah seorang Muslim mula-mula, Jundab bin ’Abdullah menceritakan: “Gabriel tidak datang kepada Nabi (untuk sementara waktu) maka salah seorang wanita Quraysh berkata, ‘Setannya telah meninggalkannya’. Lalu datanglah wahyu ilahi: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu” (Sura 93:1-3).(34)

Seperti yang akan kita lihat, Muhammad sering menjadi frustrasi oleh karena orang-orang yang meragukan pengajarannya, ditambah dengan hasil akhir yang sangat tidak menyenangkan.

CATATAN KAKI

1. Ibn Sa’d, Kitab A-Tabaqat Al-Kabir, Vol. I, S. Moinul Haq and H.K. Ghazanfar, translator, Kitab Bhavan, n.d. 111.

2. Ibn Ishaq, 73.

3. Ibn Ishaq, 80.

4. Ibn Sa’d, vol. 1, 169.

5. Ibn Ishaq, 80.

6. Ibn Sa’d, vol. 1, 177.

7. Ibid., vol. 1, 186.

8. Ibid., vol. 1, 115.

9. Ibn Sa’d, 82.

10. Ibid., 69.

11. Ibid., 83.

12. Ibid., 93.

13. The Sealed Nectar, 493.

14. Ibn Sa’d, vol. 1, 491.

15. Muslim, book 30, no. 5776.

16. Ibn Sa’d, vol. 1, 489.

17. Ibid., vol. 1, 504.

18. Ibid., vol. 1, 520.

19. Bukhari, vol. 9, book 91, no. 6982.

20. Ibn Sa’d, vol. 1, 220.

21. Bukhari, vol. 9, book 91, no. 6982.

22. Ibn Sa’d, vol. 1, 227.

23. Ibn Ishaq, 106.

24. Bukhari, vol. 6, book 65, no. 4953.

25. Ibn Ishaq, 106.

26. Bukhari, vol. 9, book 91, no. 6982.

27. Ibn Ishaq, 107.

28. Bukhari, vol. 1, book 1, no. 3.

29. Ibid.

30. Ibn Ishaq, 107.

31. Ibid.

32. Bukhari, vol. 9, book 91, no. 6982.

33. Bukhari, vol. 4, book 59, no. 3238.

34. Bukhari, vol. 2, book 19, no. 1125.

7 comments:

  1. Seandainya Jesus kalian itu tidak di salib, tapi Mati ditiang gantungan atau kursi listrik..Apa yang kalian gantung di leher?Tiang gantungan atau kursi listrik itu?...Be smart,,ada otak gunakan untuk berfikir

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Be smart,,ada otak gunakan untuk berfikir" LMAO. Apa hubungannya mati di salib atau tiang listrik dengan penebusan dosa yg telah dilakukan-Nya. Tidak peduli Yesus mati dengan cara apa, pengorbanan-Nya akan selalu diingat selama-lamanya. Be smart,,ada otak gunakan untuk berfikir

      Delete
    2. Dari semula Kristen dan Islam itu adalah rival.
      Jadi jangan diadu domba agar suasananya tetap adam anyem.
      Mau tabrak tembokpun kita tidak akan menemukan pertemuan antara kedua keyakian ini.
      Salam revolusi mental
      menang BERSAMA
      hidup adalah PERJUANGAN

      Delete
    3. adu domba macam apapun tidak akan berpengaruh pd org2 kristen/nasrani. krn pd dasarnya org2 kristen itu jd kristen krn setelah pemahaman nya ttg kristen, tidak ada kristen instan. org yg mempercayai sesuatu setelah sekian lama mempelajarinya,memahaminya,itu cenderung lebih kuat dmlm menjaga dan menjalani kepercayaan nya. tanya org kristen ttg apa itu kristen,dan 99,9% dr mereka akan bs menjawab dgn baik,dan itu seragam ,krn mereka belajar dan memahami dr sejarah atau sumber yg sama.contoh tidak ada org katholik yg terlahir sebagai org katholik,stiap katholik hrs ikuti pendidikan atau pemahaman,pengertian ttg apa itu katholik dan itu dlm wkt yg tdk sebentar br setelah itu mereka di baptisd dan resmi jd katholik,ini dimaksudkan agar org yg mau jd katholik itu bener2 memahami apa itu katholik dan tidak serta merta bs jd kahtolik dlm itungan detik atau hy dgn setelah mengucapkan kaimat2 instan . meskipun ada pembaptisan bayi itu tidak serta merta menjadikan si bayi org katholik,pd umur tertentu si bayi hrs tetap menjalani yg namanya skolah minggu atau pendidikan dan pemahaman ttg katholik spt yg sy katakan di atas,setelah itu br si mantan bayi itu resmi total jd katholik dan menerima sakramen pertamanya.tidak ada istilah murtad dan hukuman bgi seorang nasrani yg kluar dr agamanya,apalagi sampai di kluarkan fatwa utk membunuh nya. kita smua bs hidup berdampingan meskipun keyakinan kita saling berbeda satu sama lain,sblm islam itu muncul pagan dan kristen jg hidup berdampingan dengan damai,ada taurat,zoroastria,dan keyakinan lain,mereka tetap bs hidup berdampingan tnp ada pemaksaan satu pihak ke pihak lain utk hy mengakui satu keyakinan,apalagi dgn ancaman bunuh dan semacamnya. sebuah lingkungan yg damai akan rusuh saat ada pihak tertentu yg memaksakan kehendaknya agar di ikuti oleh seluruh penghuni lingkungan tersebut. kristen tidak pernah menganggap islam sebagai rival, adu domba akan mental sampai ke tembok cina jika berhadapan dgn org2 spt ini. Tanya muslim ttg apa itu islam,maka anda akan tau apa jawaban mereka,melenceng jauh dr sejarah islam sendiri, jujur sy senang kita di indonesia py islam yg bukan spt di arab.islam di indonesia adalah islam indonesia,yg sangat berbeda dgn islam di arab,sudah sedemikian byk beradaptasi dgn hindu,masalahnya sebagian muslim indonesia itu byk yg masih memaksakan utk agar jd sama spt islam di arab atau spt di tmpt islam itu berasal. disitulah kedamaian itu terusik.yg bahkan seringkali di tolak sendiri oleh sebagian muslim juga. byk muslim indonesia yg ga tau knp mereka pakai sarung ke masjid,kenapa mereka pakai peci ke masjid. ketidak tauan semacam itulah contoh jika mereka hy org islam yg terlahir sebagai islam,tidak melalui pemahaman dan pengertian yg benar sblm jd org islam,tp instan dan lsg siap mati utk itu. sampai disini anda tau siapa yg mudah di adu domba ? adu domba ga kan berpengaruh jika itu diterapkan utk org2 krsiten,adu dombamodel apapun ga kan bs buat org2 kristen membunuh non kristen. Tapi Taqyya akan mudah menggerakan lusinan pelaku bom bunuh diri yg notabene hy membunuh ribuan manusia tidak bersalah, bersalah atau tidak selama mereka bukan dr golongan nya maka mereka adalah kaffir,dan kaffir itu layak dan harus di bunuh. itu pemahaman siapa dan kenapa,anda juga mesti belajar utk mengetahui nya dgn cara yg baik dan bukan dgn cara asal atau isntan atau hy krn kebencian dgn golongan tertentu. "Sejarah ada dan tercatat," dan salah satu tujuan dr adanya hal spt itu adalah agar manusia belajar utk menjadi lebih baik dibanding pendahulu2 nya.,sy pribadi setuju dgn pemahaman terakhir ini,bagaimana dgn anda ?

      Delete
  2. 5:82. Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.
    Orang Nasrani tsb adalah Waraqah paman Hadidjah, yang menikahkan keponakannya dengan seorang pemuda. Waraqah adalah seorang kristen yang tidak percaya jalan salib dan Nabi Isa tetap adalah Nabi. Ini juga da hubungan dengan ayat yang mengatakan Isa diserupakan (lihat An-Nisa ayat 157) dan lihat juga Al-Imron ayat 54 Sebaik-baik Allah membuat makar (siasat/komplotan/tipudaya)

    ReplyDelete
  3. 99,9 % muslim tutup mata dan telinga soal kebenaran sejarah islam dan akan menolak kebenaran sejarahnya dan akan membuat kebenaran sejarah versi sendiri atau versi golongan nya.. 99,9% muslim tdk tau apa yg sebenarnya mereka anut,bahkan lambang bulan dan bintang dlm islam itu gimana,dan apa itu ka'abah tp dengan keras dan seolah olah islam adalah paling benar muslim berteriak bahkan menyembelih non muslim hy muslim merasa non muslim itu menyembah berhala,tidak mengakui Tuhan nya muslim. dan klo ada kenyataan spt itu sebagian org2 muslim berteriak "itu bukan muslim,itu oknum,islam tdk spt itu' tnp mereka sadarari bahwa merekalah sendirilah yg bukan muslim dan islam yg sebenarnya . Tidak perlu jd pembenci islam atau jd muslim utk mengetahui kebenaran sejarah islam ,Tidak perlu membandingkan islam dgn agama atau golongan lain..hy diperlukan otak encer dlm melihat fakta,kepala dingin tnp fanatik utk mengakui suatu kebenaran atau kesalahan. kebenaran dalam sejarah akan selalu terungkap. meskipun ribuan thn lamanya terpendam,tp pd akhirnya akan tetap terungkap. mau bicara dr A s/d Z sampai detik ini hy di negara2 islam lah atau timur tengah lah dimana manusia masih menyembelih manusia lain demi Tuhannya. hy di tempat2 itulah dimana anak menyembelih org tuanya atau sebaliknya demi Tuhannya. seribu satu pembenaran atas smua itu, krn yahudi lah..krn amerika lah..krn israel lah.. tnp mereka tau gmn sebenarnya sejarah israel,yahudi dan sejuta alasan tetek bengek yg mereka klaim benar utk melakukan smua perbuatan itu. baca literatur,baca sejarah,liat kanan dan kirimu, maka kalian akan tau apa yg sy tulis ini benar dan ga semata mata krn kebencian pd golongan tertentu

    ReplyDelete
  4. Harrah's Cherokee Casino & Hotel | JMH Hub
    JW Marriott 서울특별 출장안마 Cherokee Center Hotel & Casino · 충청북도 출장안마 Harrah's Cherokee Casino Resort is located 25 miles south 익산 출장안마 of 경주 출장안마 Asheville and features a 238 ft smoke-free 거제 출장안마

    ReplyDelete